Abner Sonoy: Yulianus Tebu Sangat Keliru Dengan Asal Usul Marga Kami

0

Abner Sanoy, Ketua Marga SONOY Kabupaten Raja Ampat ( Foto: Isak Sory/Pbdnews

Loading

“Cerita Sejarah singkat Asal Usul Marga SONOY, TAMIMA dan TEBU”

PBDNEWS.COM, WAISAI- Abner Sonoy Ketua Marga Sonoy menyayangkan pernyataan dari Yulianus Tebu yang menyebutkan Marga Sonoy berasal dari Wondama. Beliau mengatakan Yulinus Tebu sebagai anak Adat seharusnya mengecek kembali asal-usul marga Sonoy jangan dengan seenaknya mengklaim bahwa kami berasal dari teluk Wondama.

Kepada media ini, Sabtu 31/08/2024 Abner Sanoy menegaskan bahwa kami marga Sonoy bukan dari luar, melainkan asli dari Kabare. Menurut saya cucu Yulianus Tebu keliru dalam menyampaikan pernyataan, karena akan menyusahkan keluarga dan juga orang banyak

” Kita sebagai anak muda dan tokoh yang dipercaya harus melindungi dan mengayomi bagi sesama, karena itu penting bagi Tuhan” Tegas Abner

Dijelaskan, sebenarnya marga kami bukan marga Sanoy melainkan SONOY dan itu diambil dari nama kepala sungai Sonoy di Kabare. Cuma saat itu orang tua-tua kami salah penulisan ketika mendata marga kami ke pemerintah

Disini saya akan ungkapkan sedikit sejarah asal usul marga Sonoy. Kata Abner.

Diceritakan pada jaman purbakala, Moyang kami bernama Kalimo, Tantilin, Badilal, Tumba, Kamlauw, Gamto, Wambrauw. Mereka ini tinggal di hulu sungai Sonoy atau disebut lelesumpap/sunggawin yang merupakan mata air kehidupan yang keluar dari dalam lubang batu dan tempat itu sampai saat ini dianggap keramat.

Moyang-moyang yang disebutkan tadi sebenarnya mereka orang hutan dan tidak mengenal pantai atau laut. Selama tinggal di kepala kali Sonoy. Kabare masih kosong belum ada satu orang pun yang datang ke Kabare. Namun lambat laun, Tuhan mengutus Marga Rayar dari Supiori. Datang dari biak ke pulau Raja Ampat ke tanah Waigeo lalu menetap di Kandorwai, nama moyang mereka Matias Rayar. Saat itu Moyang Matias Rayar masuk menyusuri kali Sonoy menuju Kepala Kali mengeluarkan Moyang-moyang kami dan tinggal di Sonemai karena saat itu mereka tidak bisa ke muara kali atau pantai Andei dan mereka menetap disitu( Sonemai). Disitu mereka mencari makan di dusun Waris milik marga Sonoy yang hingga saat ini menghasilkan makanan buat suku dan marga yang ada di Kabare. Tutur Abner

Lanjut suatu ketika Banjir besar datang dan saat itu moyang-moyang baru pulang dari dusun. Ketika banjir besar melanda, marga Rayar dan beberapa orang tua dari Marga Sonoy menggunakan rakit hanyut sampai di muara kali Sonoy. Sesampai mereka ditepi pantai, kemudian mereka menggunakan tikar sebagai layar dan menyusuri lautan menuju Ayau. Sampai disana moyang Rayar dan Sonoy menetap di Kampung Yenkafan. Karena saat itu kampung tersebut masih kosong, dan marga Rayar yang pertama kali bawa marga Sonoy keluar. Kemudian sebagian keluarga dari moyang Matias Rayar pergi ke Kampung Reni yang saat itu belum berpenghuni atau masih kosong.

Masih diceritakan oleh Abner bahwa saat itu sebagian marga Sonoy masih menetap di Sonemain atau kepala air Kalimu. Kemudian Tuhan mengutus Marga Suruan yang merupakan salah satu marga suku Biak. Suruan datang dari Biak tinggal di Malaumkarta. Tinggal di situ Marga Suruan lalu menyebrang dari Malaumkarta menuju pulau Waigeo tepatnya disebelah Mumes ada teluk disitu. Setelah dari situ, Marga Suruan pun menyusuri pantai Utara, selama perjalanan tidak ditemukan satu manusia atau bekas kaki disana. Nah sampai di Waipun, Marga Suruan temukan pelepah Sagu yang turun dari dusun Maminyai, Kemudian Marga Suruan menyusuri sungai ke atas, sesampainya di dusun Maminyai tinggal sementara waktu dan kemudian keluar sampai ke belakang Boni Awaindo dan menetap disitu. Sekarang ini terbukti ada kuburan dan sisa-sisa peninggalan Moyang/marga Suruan di Kampung Boni. Ungkap Abner

Singkat cerita, marga Suruan ini kemudian menyusuri pantai Utara Kabare dan Kapadiri, disitu tidak ada satu manusia pun. Dari Kabare dan Kapadiri kemudian mereka balik ke Andey bertemu dengan Moyang kami yang bernama Tete Kalimo dan Tete Tantilin.

Pada waktu itu Moyang Tantilin timba air garam, dan saat yang bersamaan, ombak besar menghantam moyang Tantilin dan hanyut ke laut. Ketika itu Marga Suruan lewat dan temukan moyang Tantilin, kemudian mereka angkat ke atas perahu dan mengikat tangan moyang Tantilin, karena mereka pikir Moyang Tantilin Setan. Kemudian mereka bawa Moyang Tantitilin ke Kampung Boni dan tinggal selama 3 Bulan di Awaindo

Tinggal selama 3 bulan bersama marga Suruan. Setelah masuk bulan keempat Moyang Tantilin mengatakan ada penduduk tinggal disebelah kali, sambil menunjuk ke muara dusun Sonemai. Kemudian mereka melepas ikatan tali ditangan moyang Tantitilin dan memaksa menunjuk ke arah penduduk yang tinggal diseberang itu. Sesampainya di Sonemai betapa terkejutnya moyang-moyang di tempat itu, karena mereka pikir Moyang Tantilin sudah meninggal.

Ketika tiba di dusun Sonemai, mereka pun berembuk bersama antara marga Suruan dan Moyang-moyang di Sonemai, kemudian mereka keluar dari dusun itu, namun sebagian sampai saat ini masih menetap di Sonemai hingga jadi setan. Nama tempatnya Piu.

Singkat cerita Tete Tantilin dan beberapa moyang dibawa marga Suruan ke Waribar, sampai di sana, mereka masuk sampai dibawa gunung Muntalapi dan bertemu dengan moyang kami bernama Bukikadaum. Setelah tiba, antara marga Suruan dan Bukikadaum menyerahkan perhiasan satu putri. Perhiasan tersebut masih tersimpan rapi oleh marga Suruan.

Dengan adanya cerita singkat ini, menurut Abner bahwa pihaknya sebenarnya bukan marga Sanoy melainkan SONOY karena berasal dari kepala kali Sonoy. Kami marga Sonoy punya Dusun, Kampung, dan juga Gunung yang disebut gunung Waris. Bukan dari Wondama. Tegas Abner

Kemudian terkait dengan marga Tamima. Perlu diketahui Om Abdul Wahid Tamima datang di Kabare tahun 1825 dengan tujuan berdagang. Dengan kedatangan beliau, orang Kabare banyak mengetahui hal-hal baru pada saat itu. seperti tanam pisang aji, kelapa, pinang dan gong-gong dulu yang dibawa oleh om Wahid Tamima.

Tiba di Kabare, kemudian Abdul Wahid Tamima kawin dengan perempuan Kabare bernama Loise nama kafirnya Bisaraye. setelah kawin dengan Om Wahid Tamima namanya dirubah menjadi Hajijah Sonoy Tamima karena Binsar masuk Islam

Dari perkawinan itu, didapatlah Hafizah. Hafizah ini kawin dengan Abas Umlati, kemudian melahirkan anak yang bernama Abdul Faris Umlati.
Jadi om Tamima ini datang bukan tujuan hanya berdagang, tetapi merupakan campur tangan Tuhan untuk orang Kabare mengerti dan mempelajari hal-hal baru. Jadi dengan kehadiran Abdul Wahid Tamima, orang di Kabare bisa isap rokok, dan hasil pertanian bisa dijual

Pada intinya Abdul Wahid Tamima sebenarnya diutus Tuhan untuk datang ke Kabare, bukan sembarang. Karena beliau masuk di Kabare tahun 1825. Saat itu orang Kabare masih terbelakang tidak tahu dengan dunia luar.

Untuk itu kami dari marga Sonoy mengakui Abdul Faris Umlati merupakan keponakan kandung.

Dan untuk Cucu Yulianus Tebu. Sebenarnya tidak terlalu ngotot karena beliau juga berasal dari kami. Kami punya moyang Kalimu yang dapat dia. Tete Kalimu ini kawin dengan Yulianus Tebu punya nenek yang bernama Binsar Sumbesauw dan Sumbesauw ini dari Biak. Marga sebenarnya Mambrisauw. Mereka datang dan menetap di pantai Kabare kemudian Tete Kalimu datang dan kawin dengan Binsar. Tinggal di Kalimu mendapat 4 orang anak.

Tinggal dan menetap di kalimu. Ketika moyang Kalimu pergi ke dusun, Moyang Sumbesauw ini memasak ketiga anaknya dan memakannya. Sisa satu anak yang terakhir. Setelah Moyang Kalimu tiba di rumah. Beliau tanya ke Moyang Sumbesauw dimana keempat anaknya,lalu moyang Sumbesauw menunjuk ke arah kuali besar yang ternyata ada anak bungsunya didalam. Saat itu moyang Kalimu marah dan hendak potong Moyang Sumbesauw, tetapi Moyang Sumbesauw bilang besok pagi baru ko bawa potong saya dibagian barat. Lalu seketika itu anak yang ada didalam kuali hidup kembali. Yang kasih hidup anak itu adalah seekor anjing bernama bruder. Atau anjing Raja.

Saat subuh tiba, moyang Kalimu membawa Binsar Sumbesauw menuju kepala kali bagian barat. Hari ini dikenal dengan nama lele dan Bu. Tebu itu Patok atau terakhir tidak ada sungai lagi. Dan Binsar Sumbesauw punya jantung ada dikepala kali atau BU.

Jadi kalau cucu Yulianus Tebu komplain terkait Marga Sonoy, saya pikir dia keliru,.karena sejarah kalau diceritakan kembali maka semua saling berkaitan.

Ini merupakan sedikit sejarah yang diceritakan. Terkait asal usul marga Sonoy, Tamima dan Tebu. Tutup Abner Sonoy.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *