Kepemimpinan Sejati Terletak Pada Pengabdian Kepada Semua Masyarakat, Tanpa Memandang Agama, Suku dan Golongan
PBDNEWS.COM, WAISAI- Raja Ampat dikenal sebagai daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya, agama, dan suku sejak zaman dahulu. Sebagai wilayah kepulauan yang strategis, Raja Ampat sejak dulu telah menjadi tempat pertemuan berbagai peradaban, baik dari Nusantara maupun luar negeri. Pluralisme di wilayah ini terlihat jelas dari sejarahnya yang melibatkan interaksi berbagai suku lokal dengan pengaruh asing, seperti pedagang dari Arab, Tiongkok, dan Eropa yang membawa ajaran agama Islam dan Kristen.
Masyarakat Raja Ampat hidup berdampingan dalam harmoni, dimana tradisi keagamaan yang berbeda menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin dalam sistem politik lokal yang secara historis telah mempertimbangkan keseimbangan antara dua agama mayoritas, yaitu Islam dan Kristen, dalam menentukan pasangan calon pemimpin daerah. Namun, pluralisme di Raja Ampat tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga mencakup adat istiadat, bahasa, dan cara hidup yang bervariasi di antara berbagai suku yang mendiami kepulauan ini.,
Dalam konteks politik modern, keberagaman ini tetap menjadi salah satu kekuatan utama Raja Ampat. Tradisi pemilihan pasangan calon dari dua agama yang berbeda telah menjadi simbol persatuan dan upaya menjaga kohesi sosial. Namun, munculnya pasangan CERIA, Charles Imbir dan Reynold Bula, yang keduanya berasal dari agama Kristen, menjadi tanda bahwa masyarakat Raja Ampat mungkin siap untuk melangkah ke arah yang lebih progresif. Mereka ingin menekankan bahwa esensi kepemimpinan terletak pada integritas, visi, dan keberpihakan kepada seluruh masyarakat, bukan semata-mata pada latar belakang agama.
Sejarah pluralisme Raja Ampat justru menjadi landasan kuat bagi pasangan CERIA untuk mempromosikan kepemimpinan yang inklusif, yang mampu merangkul semua golongan tanpa diskriminasi. Mereka berani mendobrak tradisi lama demi menghadirkan perubahan yang substansial. Raja Ampat, dengan kekayaan budayanya, selalu mampu beradaptasi dan berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman. Kehadiran pasangan CERIA menunjukkan bahwa, meskipun tradisi penting, kebutuhan untuk menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat lebih krusial.
Dengan demikian, langkah CERIA bukanlah sebuah penolakan terhadap pluralisme, melainkan sebuah penegasan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang pengabdian kepada semua warga, tanpa memandang agama, suku, atau golongan. Sejarah Raja Ampat yang pluralis mendukung narasi ini—bahwa perbedaan adalah kekuatan, dan pemimpin yang bijak adalah mereka yang dapat memanfaatkan keberagaman ini untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua.